Opu Daeng Risaju: Lentera Terang Pejuang Perempuan Sulawesi Selatan


Opu Daeng Risaju: Lentera Terang Pejuang Perempuan Sulawesi Selatan

Sebuah pengantar menjelang peringatan Hari Pahlawan Nasional 

“Satu Juta Surat Untuk Opu Daeng Risaju”


Oleh: Fajar Sidiq Limola

Email: limolafajar@gmail.com


Membicarakan heroik perjuangan merebut kemerdekaan dan mempertahankan status kemerdekaan tersebut tidak akan pernah habis sepanjang Republik Indonesia berdiri kokoh. Apabila di asumsikan sebagai bunga maka ia tidak akan pernah selesai dengan musim, akan terus tumbuh mekar, mewangi dan asri sepanjang waktu. Kisah perlawanan terhadap imperialisme di Indonesia begitu banyak, namun jika membicarakan peran perempuan maka hal tersebut akan tereduksi menjadi beberapa saja. Jawa dengan antusias menceritakan bagaimana R.A. Kartini menggunakan surat-suratnya melawan dengan gigih, Aceh dengan bergelora berkisah tentang Cut Nyak Dien begitu berani tidak membiarkan tanah kelahirannya menjadi bagian dari koloni Belanda, atau Maluku dengan bangga menarasikan Martha C. Tiahahu yang masih berusia 17 tahun telah mengangkat senjata demi menjaga siri tanah airnya, kemudian bagaimana dengan Sulawesi Selatan?. Mari memulai cerita dengan lahirnya seorang perempuan tangguh dari jazirah Luwu bernama Famajjah, atau dengan nama yang lebih indah di kenang Opu Daeng Risaju.

Lahir di Palopo pada tahun 1880 oleh Ayah bernama Muhammad Abdullah To Baresseng dan Ibu bernama Opu Daeng Mawellu. Lahir dengan status bangsawan membuat masyarakat banyak menaruh hormat. Kegiatannya dalam ranah perjuangan merebut kemerdekaan dan mempertahankan kedaulatan dimulai saat mulai terlibat aktif sebagai anggota Partai Serikat Islam Indonesia (PSII) pada tahun 1927. Ketika bergabung ke PSII, Opu daeng Risadju bermukim di Pare-Pare sehingga PSII Cabang Pare-Pare menjadi tempatnya menimbah ilmu.  

Opu Daeng Risaju mendirikan cabang PSII di Palopo setelah pulang kembali ke kampung halamannya. PSII cabang Palopo  resmi  dibentuk  pada  tanggal  14  januari  1930  melalui  suatu  rapat  akbar  yang bertempat di Pasar Lama Palopo (sekarang Jalan Landau). Kemampuannya mengorganisir masyarakat dan kharisma sebagai bangsawan berdampat pada gelombang dukungan yang begitu besar datang kepadanya. Dukungan  yang  begitu  besar  terhadap  perjuangan  Opu  Daeng  Risaju  menimbulkan kekhawatiran  bagi  pemerintah  Belanda  dan  Kerajaan  Luwu.  Kegiatan  Opu  Daeng  Risaju dianggap  sebagai  kekuatan  politik  yang  membahayakan  pemerintah  Belanda.  Melalui Kerajaan Luwu berupaya melakukan tekanan-tekanan terhadap kegiatan Opu Daeng Risaju. 

Daerah yang pertama kali menjadi tempat pendirian ranting PSII adalah di Malangke, sebuah kota  di  sebelah  utara  Palopo.  Di  malangke  Opu  Daeng  Risaju  mengadakan  pendaftaran anggota PSII. Selama lima belas hari Opu Daeng Risaju berada di kota ini. Masyarakat di Malangke  begitu  antusias  menerima  kedatangan  Opu  Daeng  Risaju. Controleur afdeling Masamba kemudian mendatangi kediaman  Opu  Daeng  Risaju  dan  menuduh  Opu  Daeng  Risaju  melakukan  tindakan menghasut  rakyat  atau  menyebarkan  kebencian  di  kalangan  rakyat  untuk  membangkan terhadap  pemerintah.  Atas  tuduhan  tersebut,  pemerintah  kolonial  Belanda  menjatuhkan hukuman penjara kepada Opu Daeng Risaju selama 13 bulan.

Hukuman penjara tersebut ternyata tidak membuat jera bagi Opu Daeng Risaju. Setelah keluar dari penjara Opu Daeng Risaju semakin aktif dalam menyebarkan PSII. Pada tanggal 1Maret 1932, Opu Daeng Risaju meresmikan cabang PSII di Malili. Seekembalinya dari malili opu kemudian ditangkap kembali atas tuduhan yang sama yaitu dianggap sebagai seorang yang membahayakan Pemerintah kerajaan Luwu kemudian memanggil Opu Daeng Risaju dan memintanya agar menghentikan  kegiatan  politiknya.  Permintaan  kerajaan  Luwu  tersebut  ditolak  oleh  Opu Daeng Risaju. Bagi Opu Daeng Risaju, kegiatan di PSII merupakan kegiatan dalam rangka mengikuti perintah Tuhan, yaitu “amar ma’ruf nahyil munkar”. Akibat pernolakan tersebut, akhirnya Opu Daeng Risaju disebut gelar kebangsawanannya yaitu gelar “Opu”. Opu Daeng Risaju dipanggil menjadi “Indo” (Ibu) Saju, sebagaimana layaknya rakyat kebanyakan.

Pada tahun 1933 Indo berangkat ke Batavia (sekarang Jakarta)  untuk mengikuti Kongres PSII, setelah kembali Opu Daeng Risaju dijatuhi hukuman penjara selama empat belas bulan pada tahun 1934 karna dianggap telah melanggar hukum dengan melakukan kegiatan politik. Lepas dari penjara dan pada masa pendudukan Jepang, Opu Daeng Risadju hidup berpindah-pindah, dari satu desa ke desa lain. Dalam perjalanan ini pula ia menanamkan pengaruhnya dan mendirikan banyak cabang PSSI di Sulawesi Selatan seperti di Makassar, Tanete, Barru, Parepare, Majene, Rappang Sidenreng, Palopo, Bulukumba, dan Bantaeng.

Pada tahun 1945 Indonesia menyatakan kemerdekaan meskipun setelahnya terjadi beberapa peristiwa penting. NICA kemudian mendarat mencoba menganggu kedaulatan Indonesia termasuk terjadi di Palopo. Sepanjang 23-31 Januari 1946 terjadi pertempuran hebat. Opu Daeng Risaju memiliki peran besar terhadap upaya perlawanan terhadap tentara NICA. Ia banyak melakukan mobilisasi terhadap pemuda dan memberikan doktrin perjuangan kepada pemuda. Tindakan Opu Daeng Risaju ini membuat NICA berupaya untuk menangkapnya, meskipun tidak pernah berhasil. 

Sejak tahun 1950 Opu Daeng Risaju tidak aktif lagi di PSII, ia hanya menjadi sesepuh dari organisasi itu. Pada tanggal 10 Februari 1964, Opu Daeng Risaju meninggal dunia. Beliau dimakamkan di pekuburan raja-raja Lokkoe di Palopo, tanpa ada upacara kehormatan sebagaimana lazimnya seorang pahlawan yang baru meninggal. Indo risaju kemudian resmi diakui sebagai pahlawan nasional sesuai Keputusan Presiden No. 085/TK/TH. 2006, tertanggal 3 November 2006.

Dari aksi heroik Opu Daeng Risaju atau Indo Risaju ini seharusnya kita banyak mendapat ilham sebagai insan di masa sekarang untuk terus merawat apa yang telah diperjuangkan para pahlawan kita di masa lalu. Selanjutnya mari menjaga harum perjuangannya melalui simbol-simbol di seluruh Sulawesi Selatan, sumbangsihnya ubahnya bukan apa-apa bila diukur perihal nilai tersebut. Abadi terang perjuanggannya seperti lentera yang sangat terang bukan hanya pada cakupan kecil tetapi terang menderang, sosok perempuan yang tidak mengenal usia senjanya sebagai penghalang dalam melaksanakan tanggung jawab sebagai manusia merdeka inspirasi pejuang perempuan Sulawesi Selatan. Selamat memperingati Hari Pahlawan Nasional 10 November 2020 . 



Sumber Bacaan: 

https://fdokumen.com/document/sejarah-tana-luwu.html. Diakses pada tanggal 6 November 2020, Pukul 20:30 WITA.

http://ikpni.or.id/pahlawan/opu-daeng-risadju/. Diakses pada tanggal 6 November 2020, Pukul 21:00 WITA.

https://tirto.id/opu-daeng-risadju-menentang-kolonialisme-di-usia-senja-cH4P. Diakses pada tanggal 7 November 2020, Pukul 10:45 WITA.

Masita. “Perlawanan Terhadap NICA dan Eliminasi Orang-Orang Pro NICA di Palopo dan Sekitarnya 1946-1950” Skripsi Universitas Hasanuddin. Makassar: Universitas Hasanuddin. 2017. 

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jejak Peristiwa 1 Januari

Kilas Balik Kereta Api di Tanah Celebes