Sassa, Kampung Para Manusia Berdarah “LIMOLA” (bagian I)



Sassa, Kampung Para Manusia Berdarah “LIMOLA”
(bagian I)

Tulisan ini saya tulis sekitar dua pekan menjelang Hari Raya Idul Adha dan sehari setelah mengujungi Timburu Kopi, sebagai wujud cinta untuk Rare To Limola. terkhusus kusembahkan untuk rangaku(dalam bahasa setempat berarti rekan) para perantau yang untuk kesekian kalinya belum sempat menjajaki udara segar setiap lorong kampung. 
-Salam Manis Penulis (Pajar)

Gambar: Salah satu lorong Dusun Sassa.

Apabila berada radius beratus kilometer dan beribu bahkan berjuta kilometer dari kampung halaman maka pulang adalah kata paling syahdu terdengar dan paling ingin dilakukan para Manusia Limola diluar sana. Letaknya berjarak sekitar 7 Kilometer dari jalan poros Trans Sulawesi, dibutuhkan 10 menit atau 20 menit untuk sampai di kampung tersebut tergantung laju mengendarai motor. 
 
Syahdan memasuki kampung kecil berbentuk segiempat ini yang tentunya tidak akan membuat buling(tesesat), pengunjung akan disuguhi ucapan selamat datang di Rare To Limola. Sayangnya informasi terbarukan tugu selamat datang tersebut dirobohkan sebuah insiden kecil sebuah truk pengangkut kelapa sawit yang menabraknya. Seperti disinggung bahwa aktifitas truk kelapa sawit keluar masuk kampung sangat lazim mengingat hampir seluruh masyarakat Sassa mengelola tanah dengan berkebun/bertani sawit, sedangkan bagi mereka yang tidak memiliki banyak tanah maka mereka akan bekerja sebagai buruh paruh waktu mengerjakan kebun sawit milik sanak keluarga. Meskipun harga buah sawit yang jatuh bahkan pernah mencapai angka 400 rupiah perkilo cenderung melemahkan ekonomi masyarakat, mereka tetap dapat bertahan hidup dengan hasil sawah karna sebelum usaha sawit masuk masyarakat bekerja sebagai petani padi. Selain itu belakangan ini para masyarakat sedang menggemari usaha burung walet, di beberapa pekarangan rumah sudah berdiri dengan gagah bangunan menjulang tinggi “sarang uang” katanya. Tidak lama lagi setiap malam akan riuh bunyi mp3 celoteh burung walet.

Apabila beruntung jika berkunjung di hari jumat maka akan ada prosesi adat kebudayaan Rumpun To Limola yaitu “Mallamba”. Tradisi tersebut sudah dilakukan secara turun temurun dilakukan Manusia Limola, menarik karna yang datang melakukan ritual adat tersebut bukan hanya masyarakat yang tinggal di Kampung Sassa tetapi berasal dari luar juga termasuk dari Malangke, Wotu, Palopo, dan Jawa belakangan saya mendengar cerita Inaku(ibu dalam Bahasa Limola) orang Jakarta juga sempat mendapat petunjut melalui mimpi untuk berkunjung kesana. Keunikan prosesi adat ini bisa kalian dapatkan apabila memperoleh izin dari pemangku adat kami “Balailo” selaku kepala kampung, untuk detailnya silahkan menanyai beliau dengan “sopan” kampung kami masih mempercayai karama(balak).

Selama berada dikampung sassa jangan heran apabila mendengar bahasa yang berbeda dengan bahasa kebanyakan ditanah Sulawesi. Di Kampung Sassa masyarakat lokal akan menggunakan Bahasa Limola dalam aktifitas sehari-hari meskipun dewasa kini mulai dikikis perkembangan zaman banyak diantara Manusia Limola yang mencampuradukkannya dengan Tae, tapi tak perlu khawatir jika melihat orangtua-orangtua mereka akan dengan fasih berbahasa Limola.

Bukan hanya khasanah budaya yang tersedia di sassa, kampong manusia limola ini di anugerahkan banyak destinasi wisata yang dapat pengunjung singgahi. Pertama tentu permandian Sungai Pongkabulo dengan jembatan gantungnya, letaknya tepat di tepi perkampungan. Selanjutnya pengunjung bisa menikmati bermain perosotan menggunakan batu besar dan sungai yang dalam di permandian Pelentua O'Nyara. Untuk menikmati sensasi air belerang terdapat air panas yang bisa ditempuh dengan roda dua sekitar 15 menit meskipun jalan setapak jalurnya masih bisa dilalui. Terakhir untuk penikmat air terjun, kampung Sassa menawarkan Air Terjun Timburu Kopi yang memiliki 12 tingkat dimana puncaknya bernama Air Terjun Marobo. 

Hal paling menarik bagi saya adalah saat Hari Raya Idul Fitri, saya selalu takjub takkala bulan suci Ramadhan berakhir saat menjelang Ibadah Shalat Ied dilakukan Manusia Limola tumpah ruah apabila hari biasa jumlah masyarakat tidak seberapa tetapi dihari itu seluruh Rumpun To Limola dating mereka yang bermukim di luar kampong bahkan para perantau akan pulang ke kampung halaman. Tak kurang deretan mobil yang terparkir sangat panjang mengitari lapangan tempat berlangsung dengan khidmat Ibadah tersebut. Tidak lama lagi momentum Idul Adha akan menyambut kita meskipun tidak akan seramai Idul Fitri, dengan indah dan bakti luhur kampung Sassa akan menyambut perantaunya lagi. Pulanglah yang sempat, kirimkan doa yang khidmat jika tidak semoga kampung(rare) Sassa selalu asri dan diridhai oleh tuhan yang maha esa.

-Di Petang Hari Ulu Tondok(Sassa)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Opu Daeng Risaju: Lentera Terang Pejuang Perempuan Sulawesi Selatan

Jejak Peristiwa 1 Januari

Kilas Balik Kereta Api di Tanah Celebes