Melankolia ke Eudaimonia: Perjalan Riuh Sepanjang Tahun

 

Memulai tulisan ini dengan kalimat salah satu rekan pada dinding komentar media sosial yang mencuat medio 2007 Facebook katanya “tidak ada yang betul-betul mencapai kebenaran dan keadilan”, bahwa manusia adalah kadar paling terendah dalam memaknai kebajikan.


Sungguh sedikit melelahkan perjalanan panjang melewati tahun masehi kali ini tidak terhitung dalam kurun waktu 2020 suasana berkecamuk. Mungkin saja memang Tuhan memberi sedikit lebih banyak ujian untuk tahun ini, tetapi sebagai insan yang dipinjamkan nafas dan amanah untuk berbuat baik di muka bumi sepatutnya untuk syukur selalu menjadi alibi bahkan sebuah keharusan. Tapi bukan hidup namanya jika hanya derai derita yang akrab menyapa, perjalanan satu tahun penuh ini juga tetap disesaki bahagia-bahagia tak terhingga, saya bersama dengan ingatan sederhana mencoba mengulang rangkum riuh sepanjang tahun.

Januari-Februari

Awal dari sebuah harapan, pada setiap tahun Januari selalu menjadi batu loncatan menuju bulan-bulan berikutnya. Segala list pengharapan berikut daftar kegiatan bahkan juga semua doa di ucapkan pada waktu ini. Saya merekam dalam ingatan di bulan Januari saya melanjutkan harapan yang mulai merintis dari awal, menjadi orang yang mengerti banyak tentang sejarah sehingga keputusan untuk mengejar status Magister Of Humaniora (sebuah gelar master jurusan sejarah di Universitas Hasanuddin) adalah pilihan.

Pertengahan januari pengumuman kelulusan sudah terdengar saya lulus, sayangnya hanya bersyarat. Saya masih berhutang lulus dengan tes toefl yang digadang-gadang akan menjadi batu sandungan dikemudian hari, semoga saja tidak. Saya ragu menempatkan seluruh kejadian bulan ini sebagai nikmat ataukah bukan.

Kemudian lanjut dibulan kedua sebuah bulan cinta katanya yang didalam terdapat tanggal 14 yang dijadikan rujukan sebagai hari kasih sayang, pun saya turut larut di bulan ini juga saya memulai perkuliahan dengan penuh kasih dan sayang.

Maret-April-Mei-Juni

Awan gelap mulai terasa sejak Maret perihal itu ditandai dengan tersiar kabar bahwa Indonesia mulai masuk dalam salah satu Negara yang terjangkit virus mematikan Corona atau Covid-19. Dalam rilis berita Detik News yang terbit di bulan April, Indonesia pertama kali mengkonfirmasi Covid-19 pada Senin 2 Maret. Wabah yang dugaan awal berasal dari negeri tirai bambu menyebar ke seluruh pelosok dunia, segala sendi kehidupan seperti berhenti berputar pada porosnya ekonomi, pendidikan, pariwisata, kesehatan dan banyak sektor lainnya terpukul dengan wabah tersebut.

Indonesia bahkan dunia bukan tanpa sejarah panjang menghadapi wabah semacam ini, dahulu Sars, Flu Babi, Flu Burung, Flu Spanyol bahkan the Black Death merupkan sekuel gelap tentang bagaimana manusia bertahan hidup. Tetapi semua berbeda di masa sekarang, gempita manusia tidak akan pernah membayangkan akan bertemu dengan skema seperti ini pada era industri 4.0 yang penuh dengan kemewahan.

Segala aktifitas sungguh mengalami perubahan. Di tahun ini bertemu dengan rekan sejawat menggunakan masker sepanjang hari akan menjadi hal lazim, aktifitas bertegur sapa dalam bentuk video call menjadi intensitas, pada jalur akademisi webinar dan penggunaan aplikasi Zoom serta Google Meet menjadi primadona, kelas, kantor, mall, pasar tradisional semua terasa asing dengan kerumunan yang dahulu menjadi kebiasaan.

PSBB berlaku terutama di kota-kota besar termasuk Makassar. Saya dipaksa untuk tidak pulang kampung. Maret dan April betul-betul memaksa saya untuk berkutat dengan kamar berukuran 3x4 meter, tidak banyak aktifitas yang bisa kita lakukan prinsip new normal juga mulai sering terdengar.

Sampai akhirnya di bulan Mei bersama dengan sepupu (Afdal), kami memutuskan untuk mudik. Hal diluar dugaan terjadi pasca sampainya kami di kampung, bersama dengan salah seorang rekan yang juga menyempatkan pulang dari rantauan (Morowali) namanya Rivai kami sedikit dijauhi perkara berasal dari Kabupaten/Kota yang grafik pertumbuhan Corona sungguh tinggi. Saya pribadi tidak menyimpan amarah mengingat pengetahuan tentang penyakit tersebut pada tataran desa sangat minim. Tapi, tetap saja sebagai mahluk yang mengedepankan pikiran, sesekali saya sedih dan sedikit marah.

Perasaan haru semakin bertambah takkala mendengarkan kabar bahwa salah satu Mevrouw kesayangan kami di Jurusan Sejarah Magriet Lappia Moka meninggal dunia akibat wabah ini (al-fatihah untuk beliau). Hal inilah yang mendorong saya untuk memutuskan isolasi mandiri selama 14 hari di salah satu rumah keluarga di Baebunta. Saya menghabiskan 2 pekan disana bermodal 1 bungkus intermi dan 1 rak telor, sesekali saya dikunjungi orangtua dan rekan sejawat. Sungguh ini merupakan kejatuhan yang tidak salah menyebutnya berat.

Bulan Juni Corona masih merajalela tidak banyak cerita yang terekam.

Juli-Agustus-Oktober

Setelah gelap sejak Maret hujan sebagai tanda duka berlanjut di bulan ketujuh. Di tanah kelahiran kami para manusia Bumi Lamaranginang terjadi peristiwa maha dahsyat tepat tanggal 13 Juli 2020 gelombang banjir bandang menggulung beberapa desa. Belum genap melepas sedih dengan wabah Covid-19 malam itu setelah hujan deras turun menguyur selama beberapa hari Meli, Petambua, Radda, dan Masamba tersapu banjir bandang mengakibatkan banyak korban jiwa dan kerugian materil. Yang paling berat tentu adalah kenangan di lokasi kejadian. Sampai detik ini para korban masih banyak yang bertahan hidup di camp pengungsian, kami berharap para korban bencana tersebut segera bangkit.

Satu-satunya yang begitu menyenangkan pada periode ini adalah menyaksikan klub kesayangan Real Madrid menjuarai La Liga Spanyol musim 2019/2020. Di bawah komando si botak Zinedine Zidane , Los Blancos finish urutan pertama membelakangi Barcelona sebagai musuh abadi setelah menaklukkan Villareal pada 17 Juli.

Bulan Oktober Corona masih mencekam dan tidak banyak cerita yang terekam.

November-Desember

Bulan kesebelas dalam kelender tahun masehi adalah bulan kelahiran ucapan syukur tidak terhingga terhaturkan kepada sang pemilik nyawa. Intensitas politik dibulan ini juga mulai mengguncang setiap instrument masyarakat, hal tersebut laten terjadi saat Pemilu serentak  mengetuk pintu masing-masing rumah. Saya sebagai pemuda tentu turut berpartisipasi menentukan arah dukungan kesalah satu paslon Bupati dan Wakil Bupati Luwu Utara, bersama beberapa kawan kami menjadi bagian tim.

Memasuki bulan pamungkas banyak kejadian menarik. 9 Desember setelah melakukan safari politik dan kampanye akhirnya dilakukan pemungutan suara saying sekali slogan yang kami semarakkan “Harapan Baru” harus berbesar hati tidak dapat menang dalam kontestasi demokrasi tersebut. Meskipun kecewa saya banyak mendapatkan pelajaran berharga dalam perjalanan singkat pada garis politik. Dibulan Desember ini juga saya bertemu para orang baik, tetap menjadi baik kepada seluruh mahluk wahai orang baik. Bagi yang memulai mencintai tetaplah abadi, perolehlah bahagia terindah bersama dengan doa.

Tentu pencapaian terbaik saya setelah tulisan berjudul “Hubungan Sosial Pada Masyarakat Toraja 1945-1947” diterima dan terbit oleh Jurna Walasuji. Penelitian yang telah lama saya kirimkan ini adalah kado terbaik tutup tahun 2020. Saya harus bahagia.

Segala hal, perpaduan berbagai rasa sudah dilalui sepanjang tahun 2020, hal-hal menyedihkan sedang  menuju kebaikan, meskipun mencapai kebaikan paling hakiki niscaya tidak akan sampai karna haqiqi itu hanya kepunyaan sang pemilik nafas. Setidaknya mari menuju bahagia, meninggalkan melankolia menggengam Eudaimonia.

Terima kasih Allah SWT masih memberikan kesempatan untuk bersyukur setiap saat dan memberikan kesempatan menjadi ahli ibadah yang baik, untuk orangtuaku terima kasih  masih memberi kesempatan untuk menjadi anak yang berbakti, jasamu abadi sepanjang masa, untuk saudara saya terima kasih masih menjadi tempat terbaik saya dalam pijat-pijat lebih dari itu kalian terbaik segala hal, untuk diri sendiri semangat jangan menyerah dengan skema hidup ingat kamu akan bahagia, terima kasih untuk Real Madrid tetap menjadi klub terbaik nomor wahid di dunia, terima kasih Purnama Squad untuk tetap mengejar impian masing-masing sehingga menjadi orang yang bermanfaat untuk sesama. Menutup rangkum, Fajar dan segala perjalanan riuh 2020 mengucap PAMIT, mari berjumpa 2021.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Opu Daeng Risaju: Lentera Terang Pejuang Perempuan Sulawesi Selatan

Jejak Peristiwa 1 Januari

Kilas Balik Kereta Api di Tanah Celebes